Ihsan
ihsan dalam bahasa arab احسان artinya "terbaik" atau kesempurnaan" ialah seorang hambah yang menyembah Allah Ta'alla seolah olah ia melihat Allah, dan apabila ia tidak bisa membayangkan melihat Allah, maka hamba tersebut merasakan bahwa Allah senantiasa melihat perbuatannya tersebut.
Ihsan lawan dari kata isa'ah yang berarti "berbuat beruk/jelek" menurut Majmu fatawa (3/216-219); Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. ihsan adalah seorang hamba mencurahkan kebaikan dan berusaha menahan diri untuk tidak mengganggu orang lain, berbuat baik kepada hamba-hamba Allah dengan ilmu, kedudukan, badan dan hartanya.
Hadits yang berhubungan tentang ihsan di riwayatkan oleh shahih Muslim dari Umar bin khattab dan Abu Hurairah.
Hadits yang berhubungan tentang ihsan juga di riwayatkan oleh Imam Bukhari
No. Hadist: 48
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ
أَخْبَرَنَا أَبُو حَيَّانَ التَّيْمِيُّ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَارِزًا
يَوْمًا لِلنَّاسِ فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ مَا الْإِيمَانُ قَالَ الْإِيمَانُ
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَبِلِقَائِهِ وَرُسُلِهِ
وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ قَالَ مَا الْإِسْلَامُ قَالَ الْإِسْلَامُ أَنْ تَعْبُدَ
اللَّهَ وَلَا تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ وَتُؤَدِّيَ الزَّكَاةَ
الْمَفْرُوضَةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ قَالَ مَا الْإِحْسَانُ قَالَ أَنْ تَعْبُدَ
اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ
مَتَى السَّاعَةُ قَالَ مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ السَّائِلِ
وَسَأُخْبِرُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا إِذَا وَلَدَتْ الْأَمَةُ رَبَّهَا وَإِذَا
تَطَاوَلَ رُعَاةُ الْإِبِلِ الْبُهْمُ فِي الْبُنْيَانِ فِي خَمْسٍ لَا
يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ ثُمَّ تَلَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ { إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ } الْآيَةَ ثُمَّ
أَدْبَرَ فَقَالَ رُدُّوهُ فَلَمْ يَرَوْا شَيْئًا فَقَالَ هَذَا جِبْرِيلُ جَاءَ
يُعَلِّمُ النَّاسَ دِينَهُمْ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ جَعَلَ ذَلِك كُلَّهُ مِنْ
الْإِيمَانِ
Telah di ceritakan kepada kami Musaddad berkata,
Telah di ceritakan kepada kami Isma'il bin Ibrahim telah memberitahukan kepada kami
Abu Hayyan At Taimi dari Abu Zur'ah dari Abu Hurairah berkata; bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada
suatu hari muncul kepada para sahabat, lalu datang Malaikat Jibril 'Alaihis
Salam yang kemudian bertanya: "Apakah iman itu?" Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam menjawab: "Iman adalah kamu beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, Rasul-Rasul-Nya,
dan kamu beriman kepada hari berbangkit". (Jibril 'Alaihis salam) berkata:
"Apakah Islam itu?" Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Islam adalah kamu
menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan suatu apapun, kamu dirikan
shalat, kamu tunaikan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa di bulan Ramadlan".
(Jibril 'Alaihis salam) berkata: "Apakah ihsan itu?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
"Kamu menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya dan bila kamu tidak melihat-Nya
sesungguhnya Dia melihatmu". (Jibril 'Alaihis salam) berkata lagi: "Kapan
terjadinya hari kiamat?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Yang
ditanya tentang itu tidak lebih tahu dari yang bertanya. Tapi aku akan terangkan
tanda-tandanya; (yaitu); jika seorang budak telah melahirkan tuannya, jika para
penggembala unta yang berkulit hitam berlomba-lomba membangun gedung-gedung
selama lima masa, yang tidak diketahui lamanya kecuali oleh Allah". Kemudian
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membaca: "Sesungguhnya hanya pada Allah
pengetahuan tentang hari kiamat" (QS. Luqman: 34). Setelah itu Jibril 'Alaihis
salam pergi, kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata; "hadapkan dia
ke sini." Tetapi para sahabat tidak melihat sesuatupun, maka Nabi bersabda; "Dia
adalah Malaikat Jibril datang kepada manusia untuk mengajarkan agama mereka."
Abu Abdullah berkata: "Semua hal yang diterangkan Beliau shallallahu 'alaihi
wasallam dijadikan sebagai iman.
No. Hadist: 49
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ حَمْزَةَ قَالَ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ
بْنُ سَعْدٍ عَنْ صَالِحٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ أَخْبَرَهُ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو
سُفْيَانَ بْنُ حَرْبٍ أَنَّ هِرَقْلَ قَالَ لَهُ سَأَلْتُكَ هَلْ يَزِيدُونَ أَمْ
يَنْقُصُونَ فَزَعَمْتَ أَنَّهُمْ يَزِيدُونَ وَكَذَلِكَ الْإِيمَانُ حَتَّى
يَتِمَّ وَسَأَلْتُكَ هَلْ يَرْتَدُّ أَحَدٌ سَخْطَةً لِدِينِهِ بَعْدَ أَنْ
يَدْخُلَ فِيهِ فَزَعَمْتَ أَنْ لَا وَكَذَلِكَ الْإِيمَانُ حِينَ تُخَالِطُ
بَشَاشَتُهُ الْقُلُوبَ لَا يَسْخَطُهُ أَحَدٌ
Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Hamzah
berkata, telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'd dari Shalih dari Ibnu
Syihab dari Ubaidillah bin Abdullah bahwa Abdullah bin 'Abbas mengabarkan
kepadanya, bahwa dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Abu Sufyan bin Harb
bahwa Heraqlius berkata
kepadanya: "Aku sudah bertanya kepadamu, apakah jumlah mereka bertambah atau
berkurang? Maka kamu bertutur bahwa mereka bertambah, dan memang begitulah iman
akan terus berkembang hingga sempurna. Dan aku bertanya kepadamu, apakah ada
orang yang murtad karena dongkol pada agamanya? Kemudian kamu bertutur; tidak
ada, maka begitu juga iman bila sudah tumbuh bersemi dalam hati tidak akan ada
yang dongkol kepadanya".
- Ihsan terbagi menjadi dua macam:
- Ihsan di dalam beribadah kepada Allah
- Ihsan kepada seluruh makhluk ciptaan Allah
Ihsan di dalam beribadah kepada Allah
Ihsan di dalam beribadah kepada Al-khaliq memiliki dua tingkatan berdasarkan Al-Qoulul Mufid Penjelasan tentang Tauhid; Muhammad Al-Wushobiy Al-Yamani Al-Abdali.- Kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, ini adalah ibadah dari seseorang yang mengharapkan rahmat dan ampunan-Nya. Dan keadaan ini merupakan tingkatan ihsan yang paling tinggi, karena dia berangkat dari sikap membutuhkan, harapan dan kerinduan. Dia menuju dan berupaya mendekatkan diri kepada-Nya.
- Jika kamu tidak mampu beribadah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu, dan ini ibadah dari seseorang yang lari dari adzab dan siksanya. Dan hal ini lebih rendah tingkatannya daripada tingkatan yang pertama, karena sikap ihsannya didorong dari rasa diawasi, takut akan hukuman.
Maka suatu ibadah dibangun atas dua hal ini, puncak kecintaan dan kerendahan, maka pelakunya akan menjadi orang yang ikhlas kepada Allah. Dengan ibadah yang seperti itu seseorang tidak akan bermaksud supaya di lihat orang (riya'), di dengar orang (sum'ah) maupun menginginkan pujian dari orang atas ibadahnya tersebut. Tidak peduli ibadahnya itu nampak oleh orang maupun tidak diketahui orang, sama saja kualitas kebagusan ibadahnya. Muhsinin (seseorang yang berbuat ihsan) akan selalu membaguskan ibadahnya disetiap keadaan.Ihsan kepada makhluk ciptaan Allah
Berbuat ihsan kepada makhluk ciptaan Allah dalam empat ha berdasarkan Majmu fatawa (3/216-219); Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. , yaitu- Harta
Yaitu dengan cara berinfak, bersedekah dan mengeluarkan zakat. Jenis perbuatan ihsan dengan harta yang paling mulia adalah mengeluarkan zakat karena dia termasuk di dalam Rukun Islam. Kemudian juga nafkah yang wajib diberikan kepada orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya seperti istri, anak, orang-tua, dll. Kemudian sedekah bagi orang miskin dan orang yang membutuhkan lainnya.- Kedudukan
Manusia itu bertingkat-tingkat jabatannya. Sehingga apabila dia memiliki kedudukan yang berwenang maka digunakannya untuk membantu orang lain dalam hal menolak bahaya ataupun memberikan manfaat kepada orang lain dengan kekusaannya tersebut.- Ilmu
Yakni memberikan ilmu bermanfaat yang diketahuinya kepada orang lain, dengan cara mengajarkannya.- Badan
Yakni menolong seseorang dengan tenaganya. membawakan barang-barang orang yang keberatan, mengantarkan orang untuk menunjukan jalan, dan ini termasuk bentuk sedekah dan bentuk ihsan kepada makhluk Tuhan.