Mari Mengenal Musuh Umat Islam || Cara Kerja Intelijen di Dunia Maya
Perlu kita ketahui, di dunia maya bersliweran triliyunan informasi setiap hari, baik melalui email, web, facebook, twitter, dsb. Sekalipun intelijen bisa menyadap semua jalur internet, tetapi terlalu banyak itu untuk dibaca semua oleh suatu dinas intelijen, sekalipun disana bekerja ribuan orang. Oleh karena itu, mereka tidak akan bekerja acak, tetapi dengan alur sistematika tertentu.
1. Mereka hanya akan memonitor orang-orang yang dibidik dulu. Misalnya tokoh-tokoh mujahidin dan petinggi gerakan Islam. Mereka tidak akan buang waktu untuk menguntit anda yang hanya seorang mahasiswa / pemula, kecuali mereka tahu anda dekat dengan tokoh yang sedang dibidik tersebut. Orang-orang yang sudah biasa tampil di depan umat sebagai wakil dari suatu gerakan pastilah ada file-nya di kalangan intelijen. Kalau di JAT: tokoh seperti Ustadz Abu Bakar Ba'asyir hafidzahullah, atau di MIT: tokoh seperti Ustadz Abu Wardah Santoso hafidzahullah, pasti ada filenya yang cukup tebal di intelijen. Bahkan saya yakin, file itu tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di-share di komunitas intelijen internasional.
2. Mereka akan memonitor arus informasi dari dan ke tokoh-tokoh yang dibidik itu, untuk melihat pola. Ini ada teori dalam ilmu sosiometri, yaitu mengukur tingkat kedekatan antar manusia. Orang-orang yang memiliki kedekatan pastilah lebih tinggi frekuensi komunikasinya dibanding yang tidak. Jadi, kalau anda lebih sering membuka wall tokoh-tokoh yang sudah dibidik, mengirim respon (komentar, thumb) atau message ke beliau, atau bahkan mengirim e-mail, maka secara umum anda dianggap memiliki kedekatan dengan tokoh tadi, sekalipun anda menggunakan nama palsu. Mereka tidak perlu tahu isi pesan kita, tetapi mereka tahu kita ini "dekat".
3. Sulitkah melacak orang sebenarnya yang menggunakan nama palsu? SAMA SEKALI TIDAK SULIT. Ada teknologi yang disebut "Computer-Forensic". Setiap kita menggunakan komputer, kita pasti meninggalkan jejak. Jejak itu berasal dari IP-address dan CPU-ID komputer yang kita pakai. Karena itu, polisi bisa melokalisir posisi mujahid, sekalipun login dari warnet, kecuali kalau kita setiap saat pindah warnet, dan memakainya tidak lebih dari 15 menit. Lima belas menit adalah waktu yang dibutuhkan polisi untuk bergerak menuju warnet tersebut, kecuali warnet itu diam-diam sudah dikepung. Demikian juga bila kita mengakses dari handphone. Sekalipun kita setiap saat berganti sim-card, dan registrasi dengan nama palsu, kalau kita memakainya agak lama, kita tidak terlalu sulit untuk dilokalisir.
4. Jadi, menggunakan nama palsu tidak banyak menolong kalau seseorang sudah dibidik oleh intelijen. Tokoh-tokoh yang menyadari dirinya menjadi target, tidak akan menggunakan trik itu. Trik yang tepat adalah menggunakan teknologi enkripsi (persandian) setiap mereka mengirim pesan rahasia ke tokoh lain. Itu jika isi pesan itu memang rahasia. Kadang-kadang harus menggunakan clear-text juga, yaitu menyamarkan beberapa kata tertentu, sehingga kalau disaring oleh mesin pencari, akan didapat terlalu banyak hasil sehingga tetap tidak menolong si intel itu. Bayangkan anda mencari kata "000" dengan Google, anda akan mendapat 2,5 Milyar hasil, yang sebagian besar jelas tidak relevan dengan yang anda cari.
5. Adanya Google, Yahoo, Facebook, Twitter dsb memang memudahkan intelijen untuk mendapatkan gambaran profil seseorang yang dianggap berbahaya oleh thoghut. Tapi itu memang risiko jika kita memunculkan gagasan di ruang publik, dan menggunakan internet. Untuk lebih aman, alangkah bagusnya sistem komunikasi para pimpinan mujahidin tidak menggunakan media internet, namun menggunakan sistem kurir dan "jalur tradisional".